Resensi Cerpen "Martini"
·
UNSUR INTRINSIK
1. Tema
Percayalah pada
niat baikmu
2. Latar
Tempat : terminal, bandara, di kampung halaman.
Waktu
: tiga tahun setelah kepergian martini ke Arab Saudi
Suasana : diawal cerita suasana yang
timbul biasa saja, tetapi pada
pertengahan cerita suasana yang timbul menegangkan karena adanya konflik
yang timbul ketika tokoh utama bermimpi
3.
Plot/alur
: alur cerita itu adalah alur maju(episode)
karena jalan cerita dijelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian
dimunculkan penampilan masalah bagian masalah yang diceritkan oleh pelaku lalu
klimaks masalah dalam cerita sudah gawat dan konflik telah memuncak, lalu anti
klimaks masalah dapat diatasi berangsur-angsur dan kekhawatiran mulai berkurang
dan pada akhir cerita ditutup dengan kebahagiaan.
4.
Perwatakan
Tokoh utama (martini) :
wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras, bertanggung jawab terhap keluarga, hal ini di tunjukan dari
penjelasan tokoh,penggambaran fisik tokoh serta tanggapan tokoh lain terhadap
tokoh utama.
Tokoh pembantu :
Mbok : sabar
Andra : patuh terhadap orang tua
Mas koko : tidak bertanggung jawab terhadap keluarga
Sudut pandang : orang ketiga
5.
suasana
kecurigaan,kesabaran,kecemburuan,penyesalan,kebahagiaan
6.
Amanat
·
Seharusnya suami
bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi anak dan istri
·
Jangan dulu bersikap su’udzon kepada
seseorang bila belum ada buktinya
·
Keuletan dan kesabaran dalam
bekerja akan membuahkan hasil yang baik
·
Selalu berniat baik untuk
mendapatkan ridho Allah swt
·
Selalu bekerja keras hanya untuk
membahagiakan keluarga
·
UNSUR EKSTRINSIK
1.
Nilai moral
Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang
haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama manusia, karena husnudzon
mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang baik.
2.
Nilai Sosial-budaya
cerita pada cerpen tadi mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Bahwa kebanyakan orang yaitu wanita pergi merantau ke negeri orang demi membantu
perekonomian keluarga seperti menjadi TKW, sedangkan suaminya menunggu
dirumah, untuk dikirimi uang dari istrinya tanpa berpikir , susahnya mencari
uang dinegeri orang, sedangkan dia sendiri tidak bekerja. Namun, hal ini
bertolakbelakang dengan budaya serta tradisi, bahwa yang wajib mencari nafkah
untuk keluarganya adalah suami. Karena suami adalah pemimpin dalam rumah
tangga, jadi ia harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tetapi, hal ini
rupanya sudah banyak terjadi di masyarakat, sehingga tidak jarang pula
orang-orang yang menjumpai hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar