Kritik Novel "Assalamualaikum Beijing"
Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia merupakan novel terpapuler
yaitu selain dibukukan novel ini juga
di angkat pada layar lebar
atau di filmkan pada
tanggal 31 Desember 2014 yang lalu. Didalam novel Assalamualaikum Beijing ini terdapat unsur
feminisme dan feminisme marxis, yaitu perjuangan seorang
perempuan
dalam
menyetarakan agar sederajat
dengan laki-laki.
Judul-judul yang
terdapat dalam novel Assalamualaikum Beijing karya Asma
Nadia yang menampilkan tokoh perempuan yang mengalami berbagai penindasan dalam kekuasaan laki-laki, seperti contoh dalam kutipan unsur feminisme
prilaku, unsur
pemikiran dan
feminisme marxis.
1.Unsur Feminisme Prilaku
Unsur feminisme prilaku merupaka sikap
atau perbuatan seseorang dalam melakukan sesuatu
tindakan. Dari
kutipan teks yang ada. Maka peneliti dapat memilih
kutipan unsur feminisme yang sesuai dalam novel
beserta analisisnya.
“Jangan
ngomong seenaknya begitu”
“Bukan seenaknya, tapi Ra sudah janji untuk sekali ini aja, please..Dewa
sudah janji sama teman-teman
kantor untuk mengenal
kamu”
“Dewa ini bukan hal spele, aku nggak mungkin membiarkan mama jalan
sendiri.’(hlm:20).
Dalam kutipan
teks tersebut, terlihat kebulatan
tekad perempuan melawan
tindak diskriminasi gender. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan persamaan haknya agar
tidak terlihat lemah di mata laki-laki.
2. Unsur Feminisme Pemikiran
Unsur feminisme pemikiran adalah
pandangan
seseorang mengenai
sesuatu berdasarkan pemikirannya.
Maka dari itu peneliti dapat
menentukan unsur feminisme pemikiran
berdasarkan kutipan teks yang ada dalam
novel berserta
analisisnya.
“Ra, tahu Anita?’
“Ya,
kamu jatuh cinta sama Anita?” “Lebih dari itu.”
“Maksudnya? Aku
nggak
ngerti.” “Aku.....maafkan Dewa, Ra!”
“Dewa
salah, Ra...maafin Dewa!” “Apa
harus aku lakukan, Ra?”
“Ra, lakukan sesuatu.
Jangan
diam.” “Ra?”
“Lakukan
apa
yang menjadi prinsip lelaki dewasa dalam
situasi sama:Bertanggung
jawab!”(hlm:63-65)
Dari kutipan teks di
atas menunjukkan adanya
pertentangan atas kepuasaan laki-laki terhadap perempuan lain, sehingga Asma
memberikan keputusan yang bijaksana, tegas dan ikhlas meskipun itu sulit untuk
diterima, karena
Asma berpikir
kebahagiaanya tidak sebanding dengan mahluk kecil yang tidak
berdosa
3.Feminisme Marxis
Feminisme marxis merupakan
aliran yang memandang masalah perempuan
dalam rangka kapitalisme (berhubungan dengan sistem kekuasaan). Kapitalisme atau penindasan kelas merupakan penindasan yang
paling utama. Penindasan kelas
khususnya di kaitkan dengan cara
kapitalisme
menguasai perempuan dalam kedudukan-kedudukan yang direndahkan, bodoh dan hanya dipandang sebelah mata
bahkan disamakan dengan kaum buruh (proleter). Maka
dari itu peneliti
dapat menganalisis feminisme marxis yang sesuai kutipan teks yang ada dalam
novel yaitu sebagai
berikut:
“Gue kira
lo bakal nikah sama Ra!” “Kenapa jadi sama cewek ini sich?”
“Ya,
Gue pikir lo sama Ra sudah kayak pranko
sama amplop, jadi ya...”
“Simple aja, kalau ada cewek yang bisa memenuhi kebutuhan
gue, kenapa
harus di tolak?”(hlm:78-79)
Pada kutipan teks di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan di manfaatkan sebagai daya tarik untuk kebutuhan
pribadinya, karena Laki-laki memiliki sifat yang keras, egois, dan keras kepala berdasarkan budaya patriarti yang
selalu
menganggap bahwa
perempuan itu
lebih
rendah.(Ollenburger,
2002:25).
4. Kritik
Unsur feminimse marxis terdapat 24 kutipan teks yaitu unsur feminisme
prilaku yaitu ada
10 kutipan teks dan unsur
feminisme pemikiran
ada 14 kutipan
teks sedangkan feminimse marxis terdapat 31 kutipan teks. Maka dari itu peneliti
dapat
menyimpulkankan dari
keseluruhan
kutipan teks tersebut menunjukkan bahwa
posisi perempuan yang
sabar
dan
berani menentang tindakan
diskriminasi namun di
sisi
lain perempuan tersebut juga
masih di anggap lemah di mata kaum laki-laki dan
Kritik yang ingin disampaikan
adalah
agar novel
ini
menjadi bacaan ataupun
wancana wajib untuk orang
lain khususnya perempuan, karena di dalam novel ini
banyak mengandung peristiwa dan pembelajaran mengenai feminisme, baik itu dalam ilmu sastra
maupun dalam ilmu-ilmu lain. Karena melalui feminisme ini, kita dapat mengerti bagaimana
sebuah perjuangan menjadi sebuah pergerakan dan dapat mengerti bagai mana seorang
perempuan seharusnya diperlakukan. Feminisme sejatinya tidak dipandang
sebagai jalan untuk menentang kaum laki-laki dan kodrat yang
ada, tetapi feminisme merupakan pergerakan, cara perempuan untuk meraih haknya agar
dapat setara dengan
laki-laki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar