Kategori

Kamis, 10 November 2016

Kritik Cerpen "Dia Sahabatku" oleh M. Daffa Al-Jundi

Kritik Cerpen "Dia Sahabatku"

Judul : Dia Sahabatku
Kelebihan :
·        Nilai persahabatan cukup terlihat dan bisa dijadikan bahan pelajaran
·        Membuat kita semakin sadar kalau berbuat baik terhadap sesama itu tidak ada ruginya.
Kelemahan :
·        Alur cerita yang terlalu cepat.
Paragraf 1, “… pergi kerumah Yenni untuk bersama berangkat ke sekolah.
Paragraf 2, “pada siang harinya sesuai dengan rencana …”
Paragraf 3, “waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore …”


Memang ini sebuah cerpen (cerita pendek), tapi setidaknya ceritakanlah arti sahabat yang sesungguhnya … Seperti dia selalu ada dalam keadaan apapun, dan sebagainya. Dalam cerpen berjudul “Dia Sahabatku” ini … Kata “sahabat” ini ditekankan dengan kalimat “Mereka bersahabat selama 3 tahun lamanya.” … Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam 3 tahun itu, dan juga kalimat ini diletakkan di orientasi cerpen, yang berarti awal dari cerpennya saja sudah memakai time skip atau pelompatan waktu cerita. Tidak ada penjelasan lebih lanjut atau awal dari mereka berteman menjadi bersahabat itu bagaimana prosesnya.


·        Konflik yang tidak masuk akal.
Di cerpen “Dia Sahabatku” ini, konflik yang diceritakan adalah ketika Shelly menunggu Yenni karena dia tak muncul-muncul.

“Shelly yang merasa panik terhadap Yenni karena sudah 3 jam setelah dirinya menunggu tidak ada kabar yang pasti dari Yenni.” Kemudian Yenni dari kejauhan berbicara “Maaf, tadi aku harus membersihkan lapangan sebelum pulang …”

Kalimat sebelumnya (paragraf 2) “Bila Yenni ada latihan basket di sekolah maka Shelly selalu setia menunggu Yenni sembari mengerjakan tugas atau sekedar untuk melanjutkan membaca novel.”
Ini berarti seharusnya Shelly mengetahui kalau Yenni itu sedang ada di lapangan basket, tetapi dia malah menunggu, terlebih lagi 3 jam dia menunggu. Ini tidak masuk akal … Mereka bersahabat, sudah tahu satu sama lain karena sudah bersahabat selama 3 tahun, sudah mengetahui hobi masing-masing dan sebagainya, tetapi hanya karena Yenni yang tidak muncul-muncul, kenapa Shelly tidak mencarinya saja? Kenapa malah menunggu selama 3 jam? Seharusnya si Yenni ini diberikan masalah yang lebih logis, seperti dipanggil guru untuk mengerjakan suatu hal … Lalu Shelly mencarinya (tentu saja ke lapangan basket) tetapi tidak menemukannya. Bukan malah hal yang sudah jelas begini dibuat tidak logis.


·        Resolusinya kurang cocok
Di paragraf terakhir, tertera “… Yenni selalu merasa kesepian …” , “… Ibu Yenni telah lama bercerai dengan Ayahnya …” , “… Yenni tidak pernah bertemu Ibunya.”

Menurut saya, kalimat-kalimat tersebut lebih cocok diletakkan pada bagian konflik, karena bisa diadaptasi menjadi cerita yang cukup menarik berhubung temanya adalah persahabatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar